Oleh: Juslifar M. Junus*
(Naskah ini khusus ditulis untuk Workshop Video Dokumenter Mata Kuliah Sejarah Kota Departemen Sejarah Universitas Airlangga Surabaya)
I. PRA PRODUKSI
II. PRODUKSI
III. POST PRODUKSI
IV. SCREENING
I. PRA PRODUKSI
Yang dimaksud dengan Pra Produksi adalah semua kegiatan awal menjelang proses Shooting (Produksi) dilakukan. Biasanya kegiatan ini berupa 7 jenis:
1. Penentuan ide dasar film/video yang hendak dibuat.
2. Riset : observasi, survey lapangan, studi pustaka dll.
3. Pembuatan script atau naskah.(WAJIB)
4. Merancang design produksi, story board (jika diperlukan)
5. Breakdown schedule atau penyusunan jadwal produksi.
6. Penyusunan budget anggaran.
7. Pembentukan tim kreatif dan tim Produksi.
1. Penentuan ide dasar film-video yang hendak dibuat
Semuanya berawal dari sini. Harus jelas apa yang ingin disampaikan. Atau dengan kata lain : membuat film / video untuk apa dan siapa?
Pilihlah ide yang simple alias sederhana saja. Ingat, orang jenius adalah orang yang mampu menyederhanakan sesuatu hal yang rumit. Kalau membuat sederhana jadi tambah ruwet, itu sudah banyak dilakukan orang-orang yang sok pintar. Kejelasan ide sangat membantu fokus sebuah penyampaian film. Wajah sebuah Desa sekecil apapun, memiliki puluhan bahkan ratusan elemen kompleks yang cuma akan memperumit paparan dalam film. Jangankan sebuah Desa, dalam sebuah keluarga saja, dibutuhkan waktu berjam-jam bahkan berhari-hari jika untuk mendeskripsikan semua elemen masing-masing anggota keluarga. Oleh karena itu, sekali lagi: Make it simple! (
PILIH YANG PENTING SAJA)
2. Riset : observasi, survey lapangan, studi pustaka dll.
Setelah dari berbagai input, masukan dan kontribusi pikiran dari berbagai pihak terkait / perangkat desa, cobalah membuat semacam draft yang bisa menyederhanakan pesan apa yang harus muncul dalam film nantinya. Cara yang paling gampang: Dari setiap project, carilah satu atau dua orang yang dianggap ‘Punya Hajat’ atau Person in charge alias PRODUSER yang membiayai sebuah project. Biasanya orang ini punya jabatan tertinggi atau menjadi opinion leader bagi anggota masyarakat yang lain. Keuntungan jika kamu mengikuti pola pikir bahkan taste atau selera Tokoh ini, maka karya film kamu biasanya otomatis dianggap layak dan mewakili semua orang yang dipimpinnya. Cara yang lain, adalah mendengarkan, kalau perlu mencatat, setiap input yang disampaikan oleh perangkat desa selain tokoh tersebut. Ini saya sebut sebagai sikap yang akomodatif dan berpeluang menjadikan karya film dokumenter menjadi karya yang obyektif. Karena bisa menampung banyak pesan sekaligus opini yang ingin diselipkan dalam film. Setelah itu barulah riset data, interview, observasi lapangan dll. Biasanya akan lebih efektif dan efisien, karena kamu akan melakukan riset pada
HAL-HAL PENTING YANG SUDAH DISEPAKATI BERSAMA.
TIPS: STAY FOCUS!
Jika di lapangan, atau saat riset kamu menemukan banyak hal baru dan menarik, segera lupakan. Buang, tinggalkan selama semua itu tidak ada kaitannya dengan keperluan riset film saat itu.
3. Pembuatan script atau naskah
Sebelum membuat script atau naskah, sering saya menyusun draft pertanyaan untuk memancing proses penulisan. Contoh:
Misalkan ada project pembuatan profile sebuah Fakultas. Segera susun draft berupa pertanyaan-pertanyaan dasar :
1. Apa yang menarik, unik-khas-berbeda, potensial, dari desa tsb.?
- Apakah kondisi geografisnya? Bentuk arsitektur rumah, bahan
material yang digunakan sebagai rumah?
- Kesenian, adat yang unik, kebiasaan warga ?
- Potensi yang dimiliki desa? Sumber daya alam yang melimpah?
Sumber daya manusia yang terampil dan kreatif? Kurukunan antar
umat beragama? Aktivitas PKK, Pengajian, Remaja Masjid,
Karang Taruna yang menonjol?
2. Untuk siapa film ini nantinya ditayangkan? Untuk warga desa setempat ataukah akan juga disebar ke desa-desa lain? Dalam menyusun narasi atau naskah, Perhatikan faktor usia dan pendidikan penonton. Jika anak kecil hingga manula, sarjana maupun yang tidak tamat SD ikut nonton film ini, maka pesan baik verbal (naskah/narasi) maupun non verbal (video/foto) hendaknya dibuat selugas mungkin. Hindari penggunaan kalimat yang terlalu sastra atau kalimat yang bersifat data-data mentah yang belum dintepretasikan dalam bahasa tutur yang mudah dimengerti. Penonton akan bosan dan akhirnya ramai sendiri jika pesan film sama sekali tak mereka mengerti. Gunakan bahasa Indonesia yang lugas, sederhana dan mudah dimengerti. Gunakan gambar / video yang Indah, Beauty, dan konvensional.
3. Salah satu hal terpenting untuk diingat saat menulis sebuah narasi adalah :
JANGAN HANYA MENDESKRIPSIKAN APA YANG TELAH TERLIHAT PADA LAYAR. Ini yang disebut dengan Double Information.
Contoh: jika di layar terlihat Pak Lurah memotong tumpeng, hindarkan untuk membuat narasi: “Ini adalah Pak Lurah sedang memotong tumpeng..” Narasi ini tidak ada gunanya karena penonton sudah melihat sendiri apa yang sedang dilakukan pak Lurah. Akan lebih menarik jika menyampaikan seperti: “Sebagai acara puncak Peresmian Balai desa, seluruh warga Desa melepas rasa syukur dengan memotong tumpeng yang diwakili oleh Pak Lurah..” Selalulah mencoba untuk mengatakan cerita melalui narasi, jangan sekadara menyampaikan rangkaian fakta. Jelaskan sesuatu yang berkaitan dari apa yang terlihat pada layar dan apa yang tidak.
TIPS MENYUSUN NARASI:
1. HINDARKAN MENYAMPAIKAN DATA-DATA STATISTIK YANG KAKU SEBAGAI NARASI.
2. KUMPULKAN SEMUA INFORMASI TENTANG SUBYEK, OBYEK YANG AKAN DISAMPAIKAN. NAMUN JANGAN HANYA MENGGUNAKAN APA YANG ANDA PIKIR MENARIK. SELALU YAKINLAH BAHWA YANG ANDA SAMPAIKAN ADALAH BENAR. TAK ADA YANG YANG LEBIH BURUK DARIPADA MENYAMPAIKAN INFORMASI YANG SALAH PADA VIDEO ANDA.
3. ANDA BOLEH MENGUTIP KALIMAT-KALIMAT DALAM BROSUR PARIWISATA, TEMUKAN APA YANG AKAN MENARIK PENONTON, NAMUN USAHAKAN ANDA OLAH DENGAN GAYA KALIMAT ANDA SENDIRI.
4. JIKA TERPAKSA MENGGUNAKAN INFORMASI STATISTIK, ANDA HARUS MENULIS ULANG DENGAN KALIMAT YANG TERASA ENAK UNTUK DIBACAKAN.
5. BACA DENGAN KERAS DRAFT NARASI ANDA. RANGKAIAN KALIMAT YANG ANDA SUSUN MUNGKIN SUDAH BENAR, TAPI BELUM TENTU ENAK KETIKA DIBACAKAN.
6. JANGAN TERPAKU UNTUK MENGUCAPKAN KALIMAT ATAU KATA YANG SESUAI DENGAN APA YANG DIGAMBARKAN OLEH SEBUAH DATA. SEDERHANAKANLAH. KATA-KATA SEDERHANA LEBIH MEMBERI DAMPAK YANG KUAT KEPADA PENONTON.
7. JANGAN TERLALU MEMIKIRKAN KALIMAT BAKU. BAHASA TUTUR AKAN MENJADI LEBIH ENAK DIGUNAKAN.
8. UPAYAKAN UNTUK TIDAK MEMBERIKAN KOMENTAR YANG BERTELE-TELE. SECUKUPNYA SAJA. BIARKAN GAMBARGAMBAR ANDA LEBIH BANYAK MENYAMPAIKAN CERITA.
9. NARASI HARUS MENGISI RUANG-RUANG KOSONG DALAM VIDEO. JANGAN MENYISIPKAN NARASI PADA BAGIAN VIDEO YANG SANGAT MENARIK.
Untuk item-item Merancang design produksi, story board, Breakdown schedule atau penyusunan jadwal produksi, Penyusunan budget anggaran, dan Pembentukan tim kreatif dan tim Produksi insyaAllah akan saya sampaikan pada Workshop berikutnya.
II. PRODUKSI
Yang dimaksud dengan tahap Produksi adalah saat pelaksanaan shooting. Secara singkat, saya hanya mengingatkan :
01. Siapkan kaset (TAPE STOCK) sesuai rasio durasi film yang diinginkan. Untuk durasi 10 menit, setidaknya butuh 2 kaset berdurasi 60 menit.
02. Set atau atur posisi record pada mode SP.
03. Biasakan setting manual karena lebih menghemat baterei.
04. Usahakan membawa baterei lebih dari 1, jika tidak, jangan lupa selalu membawa adaptor dan kabel panjang yang ready jika sewaktu-waktu baterei habis.
05. Jika diperlukan, buatlah reflektor dari polyfoam . lembaran gabus dengan ketebalan minimal 2 centimeter dengan ukuran minimal 1 X 1 meter.
06. Jika harus shooting pada malam hari, gunakan lampu sebanyak mungkin. Tidak harus lampu khusus shooting video. Saya sering mengakali ‘kurangnya cahaya’ pada waktu shooting malam dengan bantuan petromax, lampu-lampu neon yang sengaja dibikin portable, bahkan senter, lilin, lampu sepeda motor dan lampu templek.
07. Gunakan tripot yang mulus pergerakan panning dan tilt nya.
08. Aktifkan fitur STEADY SHOT jika Kamera video yang anda gunakan menyediakan fasilitas itu.
09. Handheld gunakan 30 % dari total durasi 2 kaset, yang lain saya sarankan memakai tripot atau apapun agar gambar terekam dengan stabil dan tenang.
10. Selalu ingat teori 3 Shot dasar: Master (established shot / Long shot), Cover 1 (Medium Shot). Cover 2 (Close up) untuk setiap obyek yang direkam.
11. Perhatikan headroom (ruang atas obyek) jangan sampai terlalu rendah atau bahkan memotong bagian kepala orang yang sedang di shooting.
12. Fungsikan dengan benar SUDUT-SUDUT PENGAMBILAN GAMBAR
Berikut Makna-Makna Shots primer yang WAJIB dipahami :
- EYE LEVEL (Efek kedekatan, akrab, terlibat)
- HIGH ANGLE (efek membantu penonton memahami dengan jelas geografi sebuah tempat, secara psikologis: mengurangi tinggi superioritas dari sebuah obyek. dengan angle ini penonton akan merasa lebih superior dibanding dengan subyek yang terlihat dalam gambar. untuk obyek yang bergerak cepat, high angle memberi kesan obyek lebih lambat dari sesungguhnya.)
- LOW ANGLE (Merangsang rasa kagum, membangkitkan gairah,
meningkatkan ketinggian dan kecepatan subyek, mengurangi latar muka (foreground) atau latar belakang (background) yang tidak anda sukai, mendistorsi garis-garis komposisi guna menciptakan perspektif yang lebih kuat, membuat efek dramatis, lebih berwibawa, lebih dominan, lebih gagah)
- DUTCH ANGLE (Adalah angle dengan kemiringan gila-gilaan, dengan poros vertikal dari kamera yang membentuk sudut terhadap poros vertikal dari subyek. Ini menghasilkan kemiringan pada gambar di layar, hingga membentuk lereng diagonal di luar keseimbangan. Efek kengerian, kekerasan, tidak stabil, efek-efek impresionistik, cocok untuk jenis angle ini. Memperlihatkan sebuah malapetaka, gempa atau kondisi emosi yang tidak rasional layak menggunakan tipe angle ini.Shot-shot yang banyak menggunakan dutch angle adalah shot yang membutuhkan dinamika penggambaran dari sejumlah besar action dalam waktu yang singkat. Berguna sebagai sisipan dalam proses editing.
- Jika menggunakan angle ini jangan memiringkan kamera hanya sedikit dari levelnya, karena akan mengesankan ketidaksengajaan atau anda dianggap amatiran. Juga jangan terlalu miring sehingga berkesan anda seolah hendak menumpahkan semua isi gambar.
13. EKSPLORASI GERAKAN KAMERA AGAR GAMBAR LEBIH DINAMIS :
- PAN
- TILT
- TRACK
- ZOOM
14. TIPS SEBELUM SHOOTING:
- PUTAR FAST FORWARD KEMUDIAN REWIND KASET YANG MASIH BARU. USAHAKAN DENGAN REWINDER.
- PASTIKAN HEAD VIDEO CAMCORDER DALAM KEADAAN BERSIH. GUNAKAN CLEANING HEAD KHUSUS UNTUK MEMBERSIHKANNYA.
- PASTIKAN BATEREI TELAH DI CHARGE PENUH, JIKA PERLU SIAPKAN BATEREI CADANGAN.
- SIAPKAN EXTERNAL MIC PLUS KABEL JIKA DIPERLUKAN.
15. TIPS SAAT SHOOTING:
- UNTUK MENGHEMAT MENGGUNAKAN BATEREI, TOMBOL POWER ON/OFF GUNAKAN SAAT AWAL ATAU SELESAI SHOOTING. JIKA INGIN ISTIRAHAT SEBENTAR, CUKUP
MENGGUNAKAN TOMBOL LOCK/STAND BY.
- SEBELUM BERPINDAH OBYEK/SUBYEK, PASTIKAN AUDIO DAN VIDEO YANG BARUSAN ANDA REKAM BENAR-BENAR TEREKAM DAN TERSIMPAN DALAM KASET. REWIND
SEBENTAR LALU PLAYBACK.
- SAAT PERPINDAHAN KASET, BIASAKANLAH MEMBERI LABEL PADA KASET SESUAI DESKRIPSI ISI KASET.
- PINDAHKAN TUAS DI POJOK KASET DARI POSISI REC KE POSISI SAVE, AGAR HASIL SHOOTING TERHINDAR DARI KECELAKAAN TERTIMPA REKAMAN BARU SECARA TAK SENGAJA.
- JIKA DI LOKASI RAWAN AIR/ HUJAN, SIAPKAN SELALU TRASH BAG, PLASTIK UNTUK MELINDUNGI CAMCORDER DAN EQUIPMENT LAINNYA.
- BAWALAH AIR PUTIH SEBANYAK-BANYAKNYA.
V. POST PRODUKSI
Mengingat cukup rumit dan banyak hal teknis yang akan dijelaskan di tahapan ini. Saya akan menjelaskan di kesempatan ain. Namun demikian, saya harus menyampaikan setidaknya dua hal penting :
1. Mata manusia baru bisa mengenali obyek dengan baik setidaknya untuk setiap 10 detik. Karenanya usahakan materi shot-shot yang mendeskripsikan sebuah obyek/subyek setidaknya tidak kurang dari 10 detik, baru berpindah shot ke obyek lain.
2. Durasi video Dokumenter yang ideal adalah tidak lebih dari 10 menit. Ini adalah merujuk hasil riset bahwa jarang manusia atau penonton yang bertahan menonton satu topik lebih dari 10 menit. Karena selain secara fisik mata akan mengalami kelelahan dan bathin mengalami kebosanan. Jika ada pertimbangan lain, silahkan di diskusikan terlebih dahulu dengan pihak-pihak sponsor atau produser.
VI. SCREENING
Pada tahap ini, hasil akhir dari keseluruhan proses produksi akan dinilai oleh semua penonton. Tidak peduli saat perencanaan di Pra Produksi bagus, saat Shooting yang berat dan penuh pengorbanan, hingga editing video yang dahsyat, semuanya bermuara ke tahap ini : Screening. Screening adalah kegiatan pemutaran karya film atau video di tempat yang cukup luas hingga bisa diakses atau ditonton oleh banyak orang. Idealnya, selalu pilih gedung atau tempat tertutup yang cukup luas karena pertimbangan akustik gedung yang bisa mensirkulasi suara film dengan baik. Gedung atau tempat tertutup juga lebih mudah di’sulap’ menjadi ruang bioskop yang gelap meski pada siang hari sekalipun. Namun jika memilih lapangan terbuka, usahakan menyewa sound system berkekuatan minimum 3000 watts, rekomendasi saya 5000 watts. Lumens proyektor cari yang minimal 5000 atau diatasnya. Pilih layar/ giant screen yang merupakan satu paket dengan proyektor. Karena tipe serat kainnya lebih padat. Selalu test materi film, putar terlebih dulu sebelum Screening yang sesungguhnya. Hal ini agar bisa mengantisipasi kesalahan teknis yang mungkin terjadi, seperti misalnya audio tidak keluar, Head DVD/VCD Player kotor dll. Semakin besar areal yang digunakan, atau semakin banyak penonton, idealnya semakin besar pula giant screen atau layar yang harus disediakan untuk Screening. Apabila screen atau layar besar, saya sangat merekomendasi master edit film yang diputar sebaiknya dalam format DVD. Sebelum memulai acara Screening, ada baiknya menyiapkan kondisi penonton agar nyaman dan tenang. Caranya mungkin dengan memberi sedikit pengantar tentang film apa yang sebentar lagi akan diputar, mengumumkan nama surtdara, tim produksi dan crew yang terlibat, menyebutkan nama donatur dll. Dengan cara ini setidaknya penonton akan terlebih dulu tenang dan lebih menyiapkan diri menonton karya film kita. Demikian semoga bermanfaat, dan selamat berkarya!! ***