selamat datang kawand...

selamat datang di blog Dheeanz...

17 Juni 2009

Gothic itu cantik...

Devil Wears Prada

Kemaren baru aja nonton film The Devil Wears Prada yang dimainin oleh Anne Hathway dan Meril Streep...!!! hummm...kesan pertama...soundtrack lumayan lah...!!! Setela abis...sayang sekale ada satu kesalahan yang menurutQ cukup bahaya...yaitu banyak adegan yang jumping !!! sayang sekale !!! padahal kalo menurutQ...ceritanya itu uda menarik...!!! humm...mungkin inilah pentingnya seorang DOP untuk benar2 teliti dalam melihat adegan sebelumnya (bener gak ini tugasnya DOP...kalo salah let me know yah !!!)

15 Juni 2009

Antara soundtrack dan film

kemaren baru aja Q nonton film "The Fast and Furious 4"...
hummm...filmnya keren abis...tapi sayang soundtracknya menurutku ga terlalu "jreng"...
yang paling seneng itu Q liat film "The Lord of The Rings" n "Pirates of Caribean"...
weeehhh...soundtracknya keren abis...

kenapa Q tiba2 cerita kaya gitu...karena sodara2...sebenernya tuh antara film n soundrack saling dukung...!!! Q pernah dengerin Pak Novin bilang gini "film jika musik ato suara pengiringnya itu pas...maka emosi penonton akan lebih kebawa..." Jadi inget pas Q ma temenku nonton film Heart...tiba-tiba aja...tlecer...au2 uda nangis...!!! Pas nangis itu ada adegan si Farel baca surat dari...sapa tuh Nirina Zubir...ah lupa dah...!!! Pokonya isi surat itu menggambarkan tentang cara Nirina mencintai Farel (Irwansyah)...diiringi musik sendu...dan nangislah satu theater bioskop...hu hu hu...!!!
Beda dengan film "Charlie and the Chocolate Factory"...bener sih dalam soundtracknya ada pelajarannya...tapi pemilihan kata-katanya kadang menurutQ sih aneh...!!!

Nah jadi jika kita ingin bikin film yang sukses...jangan lupain soundtrack sebagai pendukung film kita !!! Gak hanya nadanya...tapi juga liriknya . Kita harus pandai milih soundtrack loh...kadang sih ada ya adegan sendu...lagunya juga sendu...tapi kurang gimanaaa gitu...jadi kurang bisa bawa emosi penonton !!! Sulit emang...tapi jangan jadiin itu sebagai beban...jadiin itu sebagai tantangan...!!! Duh...jadi tambah pengen jadi produser euy !!!

Bagaimana Menjadi Seorang Sutradara ?

APA SEBENARNYA YANG DILAKUKAN SEORANG SUTRADARA?

Banyak orang gak tau apa sebenarnya yang dilakukan seorang sutradara film. Tapi kalau kita harus strictly to the point, maka seorang sutradara adalah orang yang bertanggung jawab atas layaknya sebuah film untuk dilihat, layaknya suara-suara yang diperdengarkan dan layaknya aktor memerankan adegan.

Seorang sutradara adalah orang yang selalu berada di lokasi set. Dialah yang berperan penting dalam hampir semua aspek pembuatan film. Mulai dari menyetujui model kostum yang dipakai, audisi para pemeran (casting), menentukan sudut pengambilan gambar (camera angle), menciptakan nuansa dan atmosfir adegan, menentukan gaya penampilan pemeran, dan segala macam kreatifitas-kreatifitas yang harus ditampilkan oleh sebuah film. Tapi ini bukan berarti bahwa seorang sutradara mengerjakannya sendiri. Dia harus bisa memimpin sebuah departemen produksi untuk bersama-sama melakukannya, seperti kameraman, petugas lighting, juru rias, petugas dekor, dll.

Seorang sutradara professional harus bisa membuat ide-ide kreatif bersama seluruh pimpinan produksi. Mereka harus berkolaborasi!. Mengapa? Karena masing-masing pimpinan produksi pastilah memiliki keahlian masing-masing. Sehingga masukan ide kreatif dari masing-masing ahli itu akan sangat membantu untuk menciptakan film yang baik. Biasanya seorang sutradara selalu didampingi penulis naskah pada saat proyek film akan dimulai. Selanjutnya bersama editor dan penata musik pada proses akhir. Itulah sebabnya mengapa seorang sutradara harus bekerja mulai dari awal sampai akhir.

Dalam beberapa kondisi seorang sutradara kadang-kadang juga sebagai produser atau penulis naskah. Tapi umumnya seorang sutradara rada ogah menjadi kameraman. Karena sutradara harus lebih fokus pada pengaturan adegan. Masalah pengambilan gambar akan lebih baik dipercayakan kepada DOP (Director of Photography) yang bertanggung jawab pada kamera dan lighting. Karena pada dasarnya kameraman gak penting-penting amat memperhatikan penampilan actor. Mereka lebih fokus bagaimana menciptakan gambar-gambar yang bagus dan layak ditonton pemirsa.

Berbeda dengan sutradara film independent, maka biasanya sutradara akan merangkap beberapa jabatan didalam proyek film. Bisa saja dia sebagai produser, penulis naskah, kameraman, dan penyandang dana. Bahkan kadangkala dia pun bisa sebagai editor.

Ada dua cara kehidupan seorang sutradara dalam bekerja. Mereka bekerja sebagai sutradara lepas (freelance) yakni direkrut oleh berbagai produser atau perusahaan produksi film untuk menangani proyek film, atau mereka bekerja pada sebuah production house sebagai karyawan. Pilihan kedua biasanya lebih disukai karena pendapatan seorang sutradara akan lebih stabil. Tapi, pilihan mana pun yang dijalani, mentalitas sebagai seorang sutradara professional adalah hal yang utama..

Mari Membuat Iklan TV !!!

Alat dan Bahan :
1.Kamera video
Tipe kaset videonya ada macam-macam. Ada betacam, digital betacam, DV Video, dan HD (high definition), dan masih banyak lagi.
2.Lighting
Ada dedolight (untuk iklan produk), kinoflow (untuk menyorot bagian wajah yang tidak terkena sinar matahari), tankstone/red head/blonde dan HMI (berfungsi seperti blue screen).
3.Sound Recording
Ada sound card, mixer, mic, sound monitor, compressor, sound filter, dan amply power
4.Properti yang mendukung iklan
5.Software
Yang dimaksud dengan software disini adalah yang berfungsi untuk mengedit sebuah iklan, baik itu dari video maupun suaranya. Untuk editting video bisa menggunakan program Adobe Premiere pro, After Effect, Canopus Pro Coder, Compassion (digunakan untuk mengolah warna), Viroct, dan Color Grading. Sedangkan untuk sound editting bisa menggunakan Adobe audition, sound forde, cool edit, nuendo magic mp3 maker, wavel lap dan frutiloop.

Cara Pembuatan :
1.Klien datang kepada kita
2.Kita akan memberikan kerangka atau perencanaan dana yang dibutuhkan untuk biaya produksi iklan dan tarif pemasangan iklan di
stasiun televisi
3.Setelah itu, kita dan crew kita akan dibriefing mengenai produk yang ingin mereka iklankan (product knowledge, segmentasi,
competitor, harga dan kelebihan-kelebihan produk, serta ide kreatif dari pihak klien untuk iklan seperti apa)
4.Back to basecamp, kita harus menyusun konsep dan story board iklan tersebut sesuai dengan keinginan klien
5.Sutradara memberi arahan kepada produser, lighting man, cameraman, sound man dan kru-kru lain mengenai tekhnis pengambilan
gambarnya.
6.Observasi tempat dan model (casting) lalu pengambilan gambar
7.Proses dubbing yang dilakukan dalam studio (asal tahu...kalo untuk iklan mending pake dubbing soalnya hasilnya itu lebih bagus)
and editting
8.Serahin video iklan yang telah jadi ke klien untuk dikirimkan ke stasiun televisi yang diinginkan
9.Perlu diingat, pada umumnya revisi itu maximal dilakukan sebanyak 2 kali loh...

Proses Pembuatan Film Animasi

Pernah menyaksikan film animasi keren? Sebut saja Final Fantasy atau Spririted Away. Tapi pernah terbayang enggak bagaimana proses produksinya? Wih, penuh debat, begadang, dan ditutup dengan "masuk rumah sakit". Bayangkan, kita adalah salah satu orang yang bekerja dalam produksi sebuah film animasi. Kita pergi ke bioskop terdekat untuk melihat hasil kerja keras itu. Setelah layar bioskop ditutup, tanda film telah usai, kita sempat mendengar komentar negatif dari salah satu penonton. Kebayang dong sebalnya. Begadang bermalam-malam agar film tersebut bisa on-time muncul di depan penonton, serasa terbuang sia-sia. Coba deh tengok meeting dari Miyazaki-san dan stafnya di studio Ghibli yang berdiskusi hanya untuk satu adegan. Di sebuah ruangan penuh dengan buku, sekitar lima sampai enam orang berkumpul. Miyazaki-san telah memanggil para supervising animator untuk rapat. "Jadi ketika jatuh, dia akan berpegangan pada lemari seperti cecak, lalu waktu ia jatuh-BAM! Seperti ular jatuh begitu!" Para animator hanya manggut-manggut. Miyazaki menambah penjelasannya, "Masak belum ada yang pernah melihat ular jatuh dari pohon," tanyanya. "Yang pasti tidak di Tokyo, Pak," celetuk satu orang. Ruangan tersebut menjadi penuh tawa.

1. Membangun cerita
Rapat tersebut hanyalah satu dari ratusan rapat dalam rangka mentransfer storyboard ke animasi yang sesungguhnya. Kegiatan tersebut adalah kegiatan sehari-hari bukan istimewa. Dalam proses film animasi ada tiga tahap, yaitu perencanaan, realisasi, dan finishing touches. Dalam proses perencanaan, biasanya mulailah dibuat ide-ide cerita dan storyboard atau e-konte. Ide cerita diekspresikan dalam bentuk sinopsis. Biasanya puluhan hingga ratusan preproduction painting dihasilkan untuk mengeksplorasi kemungkinan cerita. Preproduction painting adalah visualisasi awal cerita. Preproduction painting di Amerika dilakukan satu tim berisi lima hingga sepuluh orang. Dalam dunia anime Jepang terkadang preproduction painting dilakukan beberapa orang.Berbeda dengan studio animasi di Amerika, di mana delapan sampai sepuluh orang diundang menjadi storyboard artist, biasanya di Jepang hanya ada satu orang yang menjadi storyboard artist. Ia biasanya selalu sinonim dengan sutradara. Biasanya pada saat ini character designer mulai diberi tugas. Amat jarang ada film seperti Lilo and Stitch di Amerika. Dalam film tersebut penulis naskah, storyboard artist dan sutradaranya dirangkap dua orang, Chris Sandres dan Dean Deblois. Cerita dalam dunia animasi Amerika selalu berubah. Dikutip dari Head Storyboard Artist untuk Mulan, Chris Sanders, "Tadinya kami berpikir untuk menjadikan Mulan komedi romantik seperti Tootsie. Setelah berkali-kali kami coba, tidak ada yang sukses, hingga saya akhirnya kesal sendiri. Pada akhirnya kami berusaha membuat kepribadiannya seakurat mungkin dengan versi legenda Cinanya, yaitu menjadikan Mulan sebagai anak perempuan yang berabdi karena cara lain tidak berhasil. Saya lega atas perubahan tersebut." Beberapa karakter setelah ceritanya diedit berulang kali akan dibuang. Contohnya, untuk film Pocahontas, seharusnya ada kalkun bernama Red Feather tetapi ia tidak signifikan sehingga tidak dipakai .Bila tidak ya diubah. "Saya disuruh mendesain lima model ’Mulan’ untuk Mulan", ujar Chen Yi Chang, sang character designer dari film tersebut. "Hal tersebut tidak langsung jadi, melainkan perlahan-lahan sesuai dengan perubahan cerita."

2. Pentingnya "storyboard"
Biasanya di Amerika dan Jepang ada sebuah sesi bernama story meeting di mana para storyboard artist berkumpul dan membahas sebuah cerita. Dari rapat tersebut akan diputuskan adegan yang paling sesuai. Tidak jarang ada perdebatan hebat di situ. Storyboard umumnya masih dalam fase yang amat kasar. Tidak jarang dalam sebuah panel storyboard, gambarnya dibuat agak asal-asalan. Storyboard untuk film animasi umumnya terlihat seperti komik. Perbedaannya dengan komik, dalam storyboard masih ada catatan-catatan kecil di sekitar gambar entah untuk diperbaiki atau dipertimbangkan. Tidak jarang, terutama di dunia animasi Amerika, panel demi panel storyboard sebuah film dibentangkan dari ujung satu gedung ke ujung yang lain. Sampai 1984, studio Disney masih melakukan hal ini. Beberapa studio animasi mengambil jalan yang lebih praktis, yaitu membukukan storyboard-storyboard tersebut untuk pegangan tim produksi. Untuk mengetes efektivitas sebuah storyboard, biasanya diadakan screening Leica Reel. Leica Reel merupakan kumpulan storyboard yang direkam dengan kamera. Yang bagus terlihat di atas kertas, belum tentu bagus di layar bioskop. Itulah alasan diadakannya Leica Reel. Setelah storyboard dirapatkan dan disepakati, maka proses layout dan animasi dimulai. Layout adalah blueprint dari komposisi sebuah adegan. Ada dua jenis layout, yaitu tonal dan linear. Layout tonal dibuat untuk mengatur daerah sinar dan bayangan sebuah adegan. Sementara itu, layout linear dibuat untuk menggambarkan detail sebuah adegan. Biasanya setelah layout tersebut diberi dan disetujui, maka departemen background akan mengambil alih dan memproduksi versi berwarnanya. Tidak jarang komputer banyak berperan dalam proses ini. Walaupun masih diwarnai dengan tangan, Tom Cardone-anggota tim produksi film animasi Hercules-mengakui komputer cukup berperan. "Kalau dulu, perbaikan sebuah background bisa memakan waktu dua hari. Sekarang, 45 menit pun jadi."

3. Butuh banyak orang

Dalam proses animasi, orang-orang yang dilibatkan tidak sedikit. Ada dua departemen besar, yaitu departemen animasi dan departemen clean-up. Tingkatan jabatan dalam proses tersebut adalah, inbetweener, assistant animator, animator, dan supervising animator. Dalam departemen animasi sendiri masih ada dua bagian, yaitu character animation dan special effects animation. Sudah terlihat dari namanya bahwa character animation ditugaskan menggambar karakter. Sementara itu, spesial efek mengurusi hal-hal seperti menggambarkan rintik hujan, petir, asap, dan lain-lain. Walaupun sudah ada komputer untuk mengurusi hal ini, beberapa studio animasi enggan meninggalkan efek-efek yang digambar dengan tangan. Keuntungan efek yang masih digambar dengan tangan antara lain adalah dimungkinkannya stylization efek, yaitu gambaran efek-efek yang bisa disesuaikan dengan gaya artistik arahan sutradara atau art director film tersebut. Setelah proses animasi tersebut selesai, masih akan dilakukan proses clean-up. Seperti namanya, clean-up bertugas untuk "membersihkan". Membersihkan? Seperti yang telah disinggung di atas, tingkatan tertinggi dalam pekerjaan meng-animasi adalah supervising animator. Belum tentu para asisten sang supervisor dapat menggambar persis sama seperti gambar sang supervisor. Kerepotan ditambah apabila sang supervising animator punya kebiasaan membuat gambar-gambar yang amat kasar (seperti Glen Keane). Agar di layar bioskop semuanya dapat terlihat rapi jali, maka fungsi petugas clean-up menjadi penting. Hal ini tidaklah gampang karena mereka harus memperhatikan detail-detail kecil seperti jumlah lekuk rambut (apabila ada) pada sebuah karakter, lipatan-lipatan bajunya, kebersihan kertas dari debu grafit, dan lain-lain. Tidak jarang mereka memakai sarung tangan saking berhati-hatinya. Beberapa orang merasa nama departemen satu ini terlalu merendahkan pentingnya peran para pegawai clean-up. Namun, sampai sekarang belum ada yang dapat mengganti nama tersebut dengan yang lebih baik. Setelah proses clean-up selesai, hasilnya akan ditransfer ke cel dan diwarnai oleh departemen Ink and Paint. Akhirnya, film tersebut akan direkam dengan kamera khusus, yaitu multiplane camera. Akhir-akhir ini metode yang lebih popuer adalah memproses penggabungan background dan animasi menjadi satu di dalam komputer.

4. Mengisi suara
Sulih suara sebuah film dapat dilakukan sebelum atau sesudah filmnya selesai. Kebanyakan sulih suara dilakukan saat film masih diproses, tetapi terkadang seperti dalam animasi Jepang, sulih suara justru dilakukan setelah filmnya selesai dibuat. Scoring, atau penataan latar musik film, biasanya dilakukan saat filmnya sudah akan segera selesai produksinya seperti dalam film-film live-action. Komposer-komposer musik yang melakukan scoring tersebut tidak terikat untuk bekerja selama beberapa tahun, tetapi hanya dalam satu film. Mereka dapat melakukan tiga atau empat proyek sekaligus ketika menggubah musik untuk satu film. Contohnya adalah John Williams, Alan Menken, Danny Elfman, dan Alan Silvestri. Dari Jepang mereka memiliki Yoko Kanno, Jo Hisaishi,Yuki Kajiura, Hajime Mizoguchi, dan Kenji Kawai sebagai komposer andalan mereka. Sampai saat ini masih tidak jelas seberapa terlibatnya para komposer dalam dunia anime terhadap film-film yang mereka kerjakan. Hayao Miyazaki cukup tergantung kepada komposer langganannya, Joe Hisaishi. Sebelum Jo Hisaishi akan memproduksi full-scoring film-film dari Miyazaki, ia akan memproduksi prototipenya terlebih dahulu yang biasanya digunakan sang maestro sebagai inspirasinya selama bekerja. Pekerjaan ini bukanlah hal yang mudah. Ada in-joke di studio Disney bahwa bila pekerjaan selesai, semua animator akan berbaring di rumah sakit dalam keadaan koma. Hal ini dikarenakan menjelang deadline kebanyakan mereka akan berada di studio selama berhari-hari dengan kondisi kurang tidur. Beberapa orang pada saat itu hanya akan makan sereal tanpa susu dan bergelas-gelas kopi atau coke. Selamat menikmati film animasi!

SHEILA STEPHANI
Sumber: The Art of Spirited Away, Hayao Miyazaki (Helen Mccarthy), Disney's Art of Animation (Bob Thomas), The Art of Mulan (Jeff Kurtti), Heather Gagnier (alumni Sheridan College), frogchildren.com, TV Nippon.


Me : bisa diakses di www.kompas.com. Lihat nih artikel...ternyata bikin animasi itu enak-enak susah yah...!!! Tapi tak apa...justru di sana tantangannya dan Q semakin tertarik untuk menjadi seorang animator !!! TERUSKAN STUDY KE JEPANG NDUTZ...HOME OF ANIME...!!! Being an animator...siapa takut ???

14 Juni 2009

Step by Step bikin video dokumenter

Oleh: Juslifar M. Junus*
(Naskah ini khusus ditulis untuk Workshop Video Dokumenter Mata Kuliah Sejarah Kota Departemen Sejarah Universitas Airlangga Surabaya)


I. PRA PRODUKSI
II. PRODUKSI
III. POST PRODUKSI
IV. SCREENING

I. PRA PRODUKSI
Yang dimaksud dengan Pra Produksi adalah semua kegiatan awal menjelang proses Shooting (Produksi) dilakukan. Biasanya kegiatan ini berupa 7 jenis:
1. Penentuan ide dasar film/video yang hendak dibuat.
2. Riset : observasi, survey lapangan, studi pustaka dll.
3. Pembuatan script atau naskah.(WAJIB)
4. Merancang design produksi, story board (jika diperlukan)
5. Breakdown schedule atau penyusunan jadwal produksi.
6. Penyusunan budget anggaran.
7. Pembentukan tim kreatif dan tim Produksi.

1. Penentuan ide dasar film-video yang hendak dibuat
Semuanya berawal dari sini. Harus jelas apa yang ingin disampaikan. Atau dengan kata lain : membuat film / video untuk apa dan siapa?
Pilihlah ide yang simple alias sederhana saja. Ingat, orang jenius adalah orang yang mampu menyederhanakan sesuatu hal yang rumit. Kalau membuat sederhana jadi tambah ruwet, itu sudah banyak dilakukan orang-orang yang sok pintar. Kejelasan ide sangat membantu fokus sebuah penyampaian film. Wajah sebuah Desa sekecil apapun, memiliki puluhan bahkan ratusan elemen kompleks yang cuma akan memperumit paparan dalam film. Jangankan sebuah Desa, dalam sebuah keluarga saja, dibutuhkan waktu berjam-jam bahkan berhari-hari jika untuk mendeskripsikan semua elemen masing-masing anggota keluarga. Oleh karena itu, sekali lagi: Make it simple! (PILIH YANG PENTING SAJA)

2. Riset : observasi, survey lapangan, studi pustaka dll.
Setelah dari berbagai input, masukan dan kontribusi pikiran dari berbagai pihak terkait / perangkat desa, cobalah membuat semacam draft yang bisa menyederhanakan pesan apa yang harus muncul dalam film nantinya. Cara yang paling gampang: Dari setiap project, carilah satu atau dua orang yang dianggap ‘Punya Hajat’ atau Person in charge alias PRODUSER yang membiayai sebuah project. Biasanya orang ini punya jabatan tertinggi atau menjadi opinion leader bagi anggota masyarakat yang lain. Keuntungan jika kamu mengikuti pola pikir bahkan taste atau selera Tokoh ini, maka karya film kamu biasanya otomatis dianggap layak dan mewakili semua orang yang dipimpinnya. Cara yang lain, adalah mendengarkan, kalau perlu mencatat, setiap input yang disampaikan oleh perangkat desa selain tokoh tersebut. Ini saya sebut sebagai sikap yang akomodatif dan berpeluang menjadikan karya film dokumenter menjadi karya yang obyektif. Karena bisa menampung banyak pesan sekaligus opini yang ingin diselipkan dalam film. Setelah itu barulah riset data, interview, observasi lapangan dll. Biasanya akan lebih efektif dan efisien, karena kamu akan melakukan riset pada HAL-HAL PENTING YANG SUDAH DISEPAKATI BERSAMA.
TIPS: STAY FOCUS!
Jika di lapangan, atau saat riset kamu menemukan banyak hal baru dan menarik, segera lupakan. Buang, tinggalkan selama semua itu tidak ada kaitannya dengan keperluan riset film saat itu.

3. Pembuatan script atau naskah
Sebelum membuat script atau naskah, sering saya menyusun draft pertanyaan untuk memancing proses penulisan. Contoh:
Misalkan ada project pembuatan profile sebuah Fakultas. Segera susun draft berupa pertanyaan-pertanyaan dasar :
1. Apa yang menarik, unik-khas-berbeda, potensial, dari desa tsb.?

- Apakah kondisi geografisnya? Bentuk arsitektur rumah, bahan

material yang digunakan sebagai rumah?

- Kesenian, adat yang unik, kebiasaan warga ?

- Potensi yang dimiliki desa? Sumber daya alam yang melimpah?

Sumber daya manusia yang terampil dan kreatif? Kurukunan antar

umat beragama? Aktivitas PKK, Pengajian, Remaja Masjid,

Karang Taruna yang menonjol?

2. Untuk siapa film ini nantinya ditayangkan? Untuk warga desa setempat ataukah akan juga disebar ke desa-desa lain? Dalam menyusun narasi atau naskah, Perhatikan faktor usia dan pendidikan penonton. Jika anak kecil hingga manula, sarjana maupun yang tidak tamat SD ikut nonton film ini, maka pesan baik verbal (naskah/narasi) maupun non verbal (video/foto) hendaknya dibuat selugas mungkin. Hindari penggunaan kalimat yang terlalu sastra atau kalimat yang bersifat data-data mentah yang belum dintepretasikan dalam bahasa tutur yang mudah dimengerti. Penonton akan bosan dan akhirnya ramai sendiri jika pesan film sama sekali tak mereka mengerti. Gunakan bahasa Indonesia yang lugas, sederhana dan mudah dimengerti. Gunakan gambar / video yang Indah, Beauty, dan konvensional.

3. Salah satu hal terpenting untuk diingat saat menulis sebuah narasi adalah : JANGAN HANYA MENDESKRIPSIKAN APA YANG TELAH TERLIHAT PADA LAYAR. Ini yang disebut dengan Double Information.
Contoh: jika di layar terlihat Pak Lurah memotong tumpeng, hindarkan untuk membuat narasi: “Ini adalah Pak Lurah sedang memotong tumpeng..” Narasi ini tidak ada gunanya karena penonton sudah melihat sendiri apa yang sedang dilakukan pak Lurah. Akan lebih menarik jika menyampaikan seperti: “Sebagai acara puncak Peresmian Balai desa, seluruh warga Desa melepas rasa syukur dengan memotong tumpeng yang diwakili oleh Pak Lurah..” Selalulah mencoba untuk mengatakan cerita melalui narasi, jangan sekadara menyampaikan rangkaian fakta. Jelaskan sesuatu yang berkaitan dari apa yang terlihat pada layar dan apa yang tidak.

TIPS MENYUSUN NARASI:
1. HINDARKAN MENYAMPAIKAN DATA-DATA STATISTIK YANG KAKU SEBAGAI NARASI.
2. KUMPULKAN SEMUA INFORMASI TENTANG SUBYEK, OBYEK YANG AKAN DISAMPAIKAN. NAMUN JANGAN HANYA MENGGUNAKAN APA YANG ANDA PIKIR MENARIK. SELALU YAKINLAH BAHWA YANG ANDA SAMPAIKAN ADALAH BENAR. TAK ADA YANG YANG LEBIH BURUK DARIPADA MENYAMPAIKAN INFORMASI YANG SALAH PADA VIDEO ANDA.
3. ANDA BOLEH MENGUTIP KALIMAT-KALIMAT DALAM BROSUR PARIWISATA, TEMUKAN APA YANG AKAN MENARIK PENONTON, NAMUN USAHAKAN ANDA OLAH DENGAN GAYA KALIMAT ANDA SENDIRI.
4. JIKA TERPAKSA MENGGUNAKAN INFORMASI STATISTIK, ANDA HARUS MENULIS ULANG DENGAN KALIMAT YANG TERASA ENAK UNTUK DIBACAKAN.
5. BACA DENGAN KERAS DRAFT NARASI ANDA. RANGKAIAN KALIMAT YANG ANDA SUSUN MUNGKIN SUDAH BENAR, TAPI BELUM TENTU ENAK KETIKA DIBACAKAN.
6. JANGAN TERPAKU UNTUK MENGUCAPKAN KALIMAT ATAU KATA YANG SESUAI DENGAN APA YANG DIGAMBARKAN OLEH SEBUAH DATA. SEDERHANAKANLAH. KATA-KATA SEDERHANA LEBIH MEMBERI DAMPAK YANG KUAT KEPADA PENONTON.
7. JANGAN TERLALU MEMIKIRKAN KALIMAT BAKU. BAHASA TUTUR AKAN MENJADI LEBIH ENAK DIGUNAKAN.
8. UPAYAKAN UNTUK TIDAK MEMBERIKAN KOMENTAR YANG BERTELE-TELE. SECUKUPNYA SAJA. BIARKAN GAMBARGAMBAR ANDA LEBIH BANYAK MENYAMPAIKAN CERITA.
9. NARASI HARUS MENGISI RUANG-RUANG KOSONG DALAM VIDEO. JANGAN MENYISIPKAN NARASI PADA BAGIAN VIDEO YANG SANGAT MENARIK.

Untuk item-item Merancang design produksi, story board, Breakdown schedule atau penyusunan jadwal produksi, Penyusunan budget anggaran, dan Pembentukan tim kreatif dan tim Produksi insyaAllah akan saya sampaikan pada Workshop berikutnya.

II. PRODUKSI
Yang dimaksud dengan tahap Produksi adalah saat pelaksanaan shooting. Secara singkat, saya hanya mengingatkan :

01. Siapkan kaset (TAPE STOCK) sesuai rasio durasi film yang diinginkan. Untuk durasi 10 menit, setidaknya butuh 2 kaset berdurasi 60 menit.
02. Set atau atur posisi record pada mode SP.
03. Biasakan setting manual karena lebih menghemat baterei.
04. Usahakan membawa baterei lebih dari 1, jika tidak, jangan lupa selalu membawa adaptor dan kabel panjang yang ready jika sewaktu-waktu baterei habis.
05. Jika diperlukan, buatlah reflektor dari polyfoam . lembaran gabus dengan ketebalan minimal 2 centimeter dengan ukuran minimal 1 X 1 meter.
06. Jika harus shooting pada malam hari, gunakan lampu sebanyak mungkin. Tidak harus lampu khusus shooting video. Saya sering mengakali ‘kurangnya cahaya’ pada waktu shooting malam dengan bantuan petromax, lampu-lampu neon yang sengaja dibikin portable, bahkan senter, lilin, lampu sepeda motor dan lampu templek.
07. Gunakan tripot yang mulus pergerakan panning dan tilt nya.
08. Aktifkan fitur STEADY SHOT jika Kamera video yang anda gunakan menyediakan fasilitas itu.
09. Handheld gunakan 30 % dari total durasi 2 kaset, yang lain saya sarankan memakai tripot atau apapun agar gambar terekam dengan stabil dan tenang.
10. Selalu ingat teori 3 Shot dasar: Master (established shot / Long shot), Cover 1 (Medium Shot). Cover 2 (Close up) untuk setiap obyek yang direkam.
11. Perhatikan headroom (ruang atas obyek) jangan sampai terlalu rendah atau bahkan memotong bagian kepala orang yang sedang di shooting.
12. Fungsikan dengan benar SUDUT-SUDUT PENGAMBILAN GAMBAR
Berikut Makna-Makna Shots primer yang WAJIB dipahami :
- EYE LEVEL (Efek kedekatan, akrab, terlibat)
- HIGH ANGLE (efek membantu penonton memahami dengan jelas geografi sebuah tempat, secara psikologis: mengurangi tinggi superioritas dari sebuah obyek. dengan angle ini penonton akan merasa lebih superior dibanding dengan subyek yang terlihat dalam gambar. untuk obyek yang bergerak cepat, high angle memberi kesan obyek lebih lambat dari sesungguhnya.)
- LOW ANGLE (Merangsang rasa kagum, membangkitkan gairah,
meningkatkan ketinggian dan kecepatan subyek, mengurangi latar muka (foreground) atau latar belakang (background) yang tidak anda sukai, mendistorsi garis-garis komposisi guna menciptakan perspektif yang lebih kuat, membuat efek dramatis, lebih berwibawa, lebih dominan, lebih gagah)
- DUTCH ANGLE (Adalah angle dengan kemiringan gila-gilaan, dengan poros vertikal dari kamera yang membentuk sudut terhadap poros vertikal dari subyek. Ini menghasilkan kemiringan pada gambar di layar, hingga membentuk lereng diagonal di luar keseimbangan. Efek kengerian, kekerasan, tidak stabil, efek-efek impresionistik, cocok untuk jenis angle ini. Memperlihatkan sebuah malapetaka, gempa atau kondisi emosi yang tidak rasional layak menggunakan tipe angle ini.Shot-shot yang banyak menggunakan dutch angle adalah shot yang membutuhkan dinamika penggambaran dari sejumlah besar action dalam waktu yang singkat. Berguna sebagai sisipan dalam proses editing.
- Jika menggunakan angle ini jangan memiringkan kamera hanya sedikit dari levelnya, karena akan mengesankan ketidaksengajaan atau anda dianggap amatiran. Juga jangan terlalu miring sehingga berkesan anda seolah hendak menumpahkan semua isi gambar.
13. EKSPLORASI GERAKAN KAMERA AGAR GAMBAR LEBIH DINAMIS :
- PAN
- TILT
- TRACK
- ZOOM
14. TIPS SEBELUM SHOOTING:
- PUTAR FAST FORWARD KEMUDIAN REWIND KASET YANG MASIH BARU. USAHAKAN DENGAN REWINDER.
- PASTIKAN HEAD VIDEO CAMCORDER DALAM KEADAAN BERSIH. GUNAKAN CLEANING HEAD KHUSUS UNTUK MEMBERSIHKANNYA.
- PASTIKAN BATEREI TELAH DI CHARGE PENUH, JIKA PERLU SIAPKAN BATEREI CADANGAN.
- SIAPKAN EXTERNAL MIC PLUS KABEL JIKA DIPERLUKAN.
15. TIPS SAAT SHOOTING:
- UNTUK MENGHEMAT MENGGUNAKAN BATEREI, TOMBOL POWER ON/OFF GUNAKAN SAAT AWAL ATAU SELESAI SHOOTING. JIKA INGIN ISTIRAHAT SEBENTAR, CUKUP
MENGGUNAKAN TOMBOL LOCK/STAND BY.
- SEBELUM BERPINDAH OBYEK/SUBYEK, PASTIKAN AUDIO DAN VIDEO YANG BARUSAN ANDA REKAM BENAR-BENAR TEREKAM DAN TERSIMPAN DALAM KASET. REWIND
SEBENTAR LALU PLAYBACK.
- SAAT PERPINDAHAN KASET, BIASAKANLAH MEMBERI LABEL PADA KASET SESUAI DESKRIPSI ISI KASET.
- PINDAHKAN TUAS DI POJOK KASET DARI POSISI REC KE POSISI SAVE, AGAR HASIL SHOOTING TERHINDAR DARI KECELAKAAN TERTIMPA REKAMAN BARU SECARA TAK SENGAJA.
- JIKA DI LOKASI RAWAN AIR/ HUJAN, SIAPKAN SELALU TRASH BAG, PLASTIK UNTUK MELINDUNGI CAMCORDER DAN EQUIPMENT LAINNYA.
- BAWALAH AIR PUTIH SEBANYAK-BANYAKNYA.

V. POST PRODUKSI
Mengingat cukup rumit dan banyak hal teknis yang akan dijelaskan di tahapan ini. Saya akan menjelaskan di kesempatan ain. Namun demikian, saya harus menyampaikan setidaknya dua hal penting :
1. Mata manusia baru bisa mengenali obyek dengan baik setidaknya untuk setiap 10 detik. Karenanya usahakan materi shot-shot yang mendeskripsikan sebuah obyek/subyek setidaknya tidak kurang dari 10 detik, baru berpindah shot ke obyek lain.

2. Durasi video Dokumenter yang ideal adalah tidak lebih dari 10 menit. Ini adalah merujuk hasil riset bahwa jarang manusia atau penonton yang bertahan menonton satu topik lebih dari 10 menit. Karena selain secara fisik mata akan mengalami kelelahan dan bathin mengalami kebosanan. Jika ada pertimbangan lain, silahkan di diskusikan terlebih dahulu dengan pihak-pihak sponsor atau produser.

VI. SCREENING
Pada tahap ini, hasil akhir dari keseluruhan proses produksi akan dinilai oleh semua penonton. Tidak peduli saat perencanaan di Pra Produksi bagus, saat Shooting yang berat dan penuh pengorbanan, hingga editing video yang dahsyat, semuanya bermuara ke tahap ini : Screening. Screening adalah kegiatan pemutaran karya film atau video di tempat yang cukup luas hingga bisa diakses atau ditonton oleh banyak orang. Idealnya, selalu pilih gedung atau tempat tertutup yang cukup luas karena pertimbangan akustik gedung yang bisa mensirkulasi suara film dengan baik. Gedung atau tempat tertutup juga lebih mudah di’sulap’ menjadi ruang bioskop yang gelap meski pada siang hari sekalipun. Namun jika memilih lapangan terbuka, usahakan menyewa sound system berkekuatan minimum 3000 watts, rekomendasi saya 5000 watts. Lumens proyektor cari yang minimal 5000 atau diatasnya. Pilih layar/ giant screen yang merupakan satu paket dengan proyektor. Karena tipe serat kainnya lebih padat. Selalu test materi film, putar terlebih dulu sebelum Screening yang sesungguhnya. Hal ini agar bisa mengantisipasi kesalahan teknis yang mungkin terjadi, seperti misalnya audio tidak keluar, Head DVD/VCD Player kotor dll. Semakin besar areal yang digunakan, atau semakin banyak penonton, idealnya semakin besar pula giant screen atau layar yang harus disediakan untuk Screening. Apabila screen atau layar besar, saya sangat merekomendasi master edit film yang diputar sebaiknya dalam format DVD. Sebelum memulai acara Screening, ada baiknya menyiapkan kondisi penonton agar nyaman dan tenang. Caranya mungkin dengan memberi sedikit pengantar tentang film apa yang sebentar lagi akan diputar, mengumumkan nama surtdara, tim produksi dan crew yang terlibat, menyebutkan nama donatur dll. Dengan cara ini setidaknya penonton akan terlebih dulu tenang dan lebih menyiapkan diri menonton karya film kita. Demikian semoga bermanfaat, dan selamat berkarya!! ***

Video dokumenter dan komunitas

Beragam istilah dalam dunia pembuatan video yang muncul dalam beberapa tahun terakhir memang bisa membingungkan. Sampai-sampai, menghafalkan berbagai istilah itu jauh lebih sulit daripada membuat video itu sendiri. Para pembuat video profesional dan para intelektual menjadi sibuk merumuskan definisi-definisi. Dan, dalam keriuhan itu, ada yang menganggap bahwa video komunitas adalah bagian dari video dokumenter. Padahal, ini adalah dua jenis yang berbeda, meskipun memang --dalam banyak hal, banyak sekali persamaannya.

Perbedaan yang paling jelas dan utama adalah tujuan pembuatannya. Pada video dokumenter --sama seperti video atau film umumnya-- sangat berorientasi pada hasil video itu sendiri sebagai suatu karya. Video komunitas ustru lebih mementingkan prosesnya. Perbedaan lain, video dokumenter --dan video umumnya-- selalu mengharuskan ada naskah (script) yang ditulis berdasarkan kaidah-kaidah baku profesional. Pada video komunitas, ketentuan atau persyaratan itu tidak selalu harus ada. Warga masyarakat setempat yang membuat video komunitas lebih berpedoman pada gagasan umum yang mereka sepakati bersama-sama. Memang, kadang-kadang secara bersama sama mereka menyusun juga ‘naskah’, tetapi biasanya juga hanya dalam bentuk ‘naskah garis-besar’ (outline script) saja, atau ‘papan cerita’ (story board) sederhana saja, itupun menurut cara dan gaya mereka sendiri, sangat sering tidak mengikuti --bahkan mereka umumnya tidak pernah tahu (untuk apa?)-- kaidah-kaidah baku penulisan naskah video atau film seperti yang dikenal di kalangan para profesional.

Dalam hal biaya produksi, video komunitas tidak memerlukan biaya mahal seperti pada video dokumenter, apalagi film seni, atau film komersial. Seperti nampak pada contoh kasus di Kepulauan Kei dan di Bali, selama 15 dan 8 tahun terus-menerus, mereka tetap bertahan dan bahkan mampu membiayai sendiri produksi mereka. Tetapi, harus diakui, pengalaman di dua tempat itu memperlihatkan ada kelemahan yang juga umum ditemukan di banyak organisasi masyarakat seperti mereka, yakni kelalaian menghitung biaya-biaya penyusutan (depresiasi) dan perawatan peralatan. Apabila peralatan rusak, berhentilah mereka berproduksi. Perlu waktu panjang untuk mampu membeli lagi yang baru.

Perbedaan lain yang lebih mendasar, video dokumenter akan selesai ketika video selesai, sedangkan video komunitas justru baru mulai ketika produknya selesai dibuat. Produk tersebut dipergunakan sebagai media untuk berbagai tujuan. Oleh sebab itu, biasanya memerlukan waktu lebih lama, karena akan berhenti jika sasaran sudah dicapai. Bahkan --karena masalah dan kegiatan komunitas tidak pernah ada habisnya-- video komunitas bahkan mungkin pula ‘tak pernah selesai’.

Hal yang sering membuat bingung ialah ada video komunitas yang dibuat oleh para profesional sebagai bagian dari suatu program atau proyek menggunakan pendekatan partisipatif. Mereka kadang mengakui (claiming) telah membuat video komunitas hanya karena prosesnya pembuatannya melibatkan juga warga masyarakat setempat. Dalam hal inilah mungkin memang lebih tepat jika mereka menyatakan itu sebagai ‘video partisipatif’ (participatory video). Tetapi, sebagai ‘video komunitas’?

Nah, daripada bergaduh terus tentang istilah, nampaknya lebih baik memang melakukannya saja langsung. Dalam praktik, warga masyarakat terkadang dan sering malah menemukan istilahnya sendiri. Apapun, istilah itu sesungguhnya yang paling tepat untuk menamakan apa yang mereka kerjakan. Bukankah ‘kekuasaan untuk penamaan dan pemaknaan’ adalah justru salah satu isu paling mendasar dari upaya penciptaan suatu sistem komunikasi atau media alternatif yang, antara lain, melahirkan gagasan dan praktik video komunitas?

Namun, sebagai rangka dasar, untuk melihat perbedaan-perbedaan penting lainnya antara video komunitas dengan video dokumenter, mungkin perbedaan berikut akan sedikit membantu.*

1. Siapa menentukan isi?
Video Dokumenter : Pembuat DokumenterV ; Video Komunitas :Warga masyarakat setempat

2. Siapa menulis naskah?
Video Dokumenter : Pembuat Dokumenter ; Video Komunitas :Sering tidak memerlukan naskah, atau warga setempat bersama-sama menyusunnya

3. Siapa mengambil gambar?
Video Dokumenter : Pembuat Dokumenter atau pengarah kamera profesional (sebagai suatu tim pengarah kolektif); Video Komunitas : Warga setempat atau bersama fasilitator

4. Siapa penonton utama?
Video Dokumenter : Tak dapat ditentukan, bahkan "anonim" (tak dikenal oleh pembuat) ; Video Komunitas : Warga setempat, tidak anonim.

5. Siapa yang menyebarkan?
Video Dokumenter : Pembuat dokumenter kerjasama dengan pihak lain ; Video Komunitas : Warga setempat kadang dibantu oleh fasilitator

6. Siapa yang membiayai?
Video Dokumenter : Pembuat dokumenter atau penyandang dana tertentu. ; Video Komunitas : Masyarakat

7. Apakah umpan balik diharapkan?
Video Dokumenter : Tidak terlalu diperlukan, biar penonton yang berpikir tentang itu. ; Video Komunitas : Wajib, video itu hanya alat untuk memulai tindakan-tindakan nyata.

8. Proses atau produk?
Video Dokumenter : Lebih mementingkan produk ; Video Komunitas : Lebih mementingkan proses.

9. Apa paradigma dibelakangnya?
Video Dokumenter : Monoisme, obsesi, obyektivitas, subyektif. ; Video Komunitas : Pluralisme, subyektif.


Dimodifikasi dari: Hubner, 2005

kompsisi video ato film

Seperti bikin masakan, kalo kita pengen bikin film ato video yang enak buat dilihat, maka kita wajib memperhatikan komposisi gambar. Komposisi adalah segala sesuatu yang jika takaran atau ukuran atau proporsinya tepat, maka akan membuat film atau video kita jadi bagus. Komposisi sendiri terdiri dari :
1. Proporsi (ukuran)
Ukuran menentukan obyek mana saja yang akan menjadi point interest. Ada ukuran baku tapi bukan hukum untuk objek. Ukuran yang biasa kita kenal seperti:
a. Type of shot : ECU sampai ELS
b. Camera Angle
c. Camera Movement
d. Lighting

2. Framing : bagaimana cara kita memposisikan suatu objek dalam sebuah frame
3. Pictorial Balance : bagaimana kita menyeimbangkan antara objek utama dengan objek-objek pendukung agar enak ditonton.
4. Scale : penunujukan ukuran sang objek sebenarnya dengan cara memperbandingkan dia dengan objek-objek di sekitarnya. Skala yang biasanya dipakai adalah manusia, hewan, tumbuhan, dan bangunan di sekitarnya. Hal ini untuk mempermudah para penonton untuk mengimajinasikan objek tersebut.
5. Subject Prominence : cara kita untuk menonjolkan objek tersebut dengan jalan bagaimana kita memposisikan objek tersebut dalam frame. Kekuatan penonjolan subjek bisa dilihat dari :
View Point (camera angle)
Frame Position
Size Proportions (Ukuran subjek dengan lingkungan sekitarnya)
Lighting
Background (dimana ini akan menguatkan atau melemahkan subjeknya

6. Subject Attitude : perilaku sang objek yang akan mempengaruhi kekuatannya pada gambar tersebut. Hal ini dibagi menjadi 2 :
Weak Attitude: Membelakangi kamera, menunduk, lying down, dan slow movement
Strong Attitude: menghadap pas depan kamera (frontal view), tangan yang menggenggam, dan fast movement.

7. Picture shape
8. Unifying interest : bagaimana cara kita agar objek pendukung tidak mengalahkan objek utama ataupun bagaimana cara kita agar penonton tetap terfokus pada objek yang sebenarnya ingin kita tonjolkan. Hal ini dipengaruhi oleh penempatan objek dalam gambar dan warna-warna di sekitar objek.
9. Speed of Compositional lines :
10. Continuity of Centers of Interest : kesinambungan antara satu gambar dengan gambar lain
11. Color Impact

Pak Novin still remember the blog...

Ha ha ha…betapa pengen ketawa Q karena Pak Novin mengingatkan akan blog ini…!!! Udah berapa lama kagak keurus yah…??? Ho ho ho…!!! Maafkan Q yah…!!! Ya sudahlah…sekarang diisi lagi…!!! Hari ini…pak Novin kasih materi tentang shooting principles (Prinsip-prinsip Pengambilan Gambar). Dan berikut rangkumannya :
1 TOS (Type of Shoot)
Photobucket

Dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
a. BCU (Big Close Up / Extreme Close Up) : pengambilan gamabar yang sangat mendetail dari suatu obyek, dan mendukung alur cerita
b. CU (Close Up) : pengambilan gambar yang dekat dengan objek sehingga framenya penuh
c. MCU (Medium Close Up) : tengah-tengah antara CU dengan MS (lebih jauh daripada CU tapi lebih dekat daripada MS)
d. MS (Medium Shoot) : pengambilan gambar subjek kurang lebih setengah badan. Pengambilan gambar ini biasanya dikombinasikan dengan follow shot (pengambilan gambar mengikuti gerakan sang objek) terhadap subjek bergerak.
e. Knee Shot (MFS / Medium Full Shot) : Disebut knee shot karena memberi batasan framing tokoh sampai kira-kira ¾ ukuran tubuh
f. Full Shot (FS…bukan friendster loh yah !!!) : pengambilan gambar dari kepala sampe mata kaki…tapi biasanya dikasih sedikit ruang kosong di atas kepala (headroom) biar kesannya gak terlalu nge-press atau biar nyaman dilihat
g. MLS (bukan males…tapi Medium Long Shot) : pengambilan gambar dengan mengikut sertakan setting sebagai pendukung suasana. Biasanya dilakukan pengambilan gambar seperti ini karena ada kesinambungan cerita dan aksi tokoh dengan setting tersebut.
h. LS (Long Shot) : tengah-tengah antara MLS dengan ELS (ruang pandang lebih luas daripada MLS tapi lebih sempit daripada ELS)
i. ELS (Extreme Long Shot) : pengambilan gambar yang jauuuuuuhhhh dari objek hingga kadang cuman keliatan titik2 (ekstrem banget kalo kasih contoh). Pengambilan gambar dengan cara ini untuk menunjukkan interaksi actor/aktris dengan setting. Jadi setting sangat berperan disini untuk memperjelas dan membangun imajinasi penonton

Camera Angle
He he he…ga nyangka ternyata ilmu di JUFOC bakalan kepake di sini…!!! Baiklah akan Q jelaskan :
1. High Angle : sudut pengambilan gambar dengan ketinggian kamera berada di atas objek (posisi kamera lebih tinggi daripada objek). Kesan yang bisa ditimbulkan adalah kecil, tak berdaya, depresi, lemah, dll.
2. Eye Level : sudut pengambilan gambar sejajar dengan objek (sejajar mata memandang)
3. Low Angle : sudut pengambilan gambar dari awah bawah objek (posisi kamera lebih rendah daripada objek). Kesan yang bisa ditimbulkan adalah kuat, gagah, megah (bangunan), kokoh (bangunan), berkuasa, dll.
4. Bird Eye : sudut pengambilan gambar dari atas objek hingga objek yang kita ambil terkesan kecil, dari tower misalnya.
5. Frog Eye : sudut pengambilan gambar dimana kamera sejajar dengan dasar/alas/lantai. Kesan yang ditimbulkan bisa luas, jauh, dsb.
Ada beberapa istilah-istilah lain dalam pengambilan gambar :
One shot : satu frame yah cuma satu objek
Two shot : satu frame berisi dua objek
Three shot : satu frame berisi tiga objek
Group shot : satu frame terdiri dari banyak objek
Nah kalo misalnya di dalam frame ada dua orang terus ada yang cuma setengah gimana dong ??? Masa’ jadi two and half shot…??? :p

Reflection shot : pengambilan gambar dengan cara mengambil refleksi sebuah objek (bisa dari kaca ataupun air)
Siluet : pengambilan gambar dimana objek utama terlihat lebih gelap daripada background

Camera Movement
Panning : pergerakan kamera ke kanan dan ke kiri pada porosnya
Tilting : pergerakan kamera ke atas dan ke bawah pada porosnya
Tracking : pergerakan kamera menjauhi atau mendekati objek


kalo pengen lebih jelas...liat poto-potonya aja yah...!!! ituh ada albumnya sendiri...oyi ???!!!

today I'm very tired...

Hi…Dheeanz is back again !!! Setelah berkutat dengan pembuatan film dokumenter bersama kawand-kawand WE (Wong Enem : Orang enam (bahasa Jawa) tercinta…akhirnya kita tadi PRESENTASI !!! Hore…!!! Ini dia hasilnya !!! Tapi sayangnya...udah coba Q upload tapi kok error yah..??? huh...sebelll...!!! :/ baiklah untuk sementara Q ceritain dulu aja yah...!!!
Nah, permasalahan yang kita angkat disana adalah ketidak tahuan masyarakat mengenai berapa jumlah partai peserta PEMILU 2009 dan partai apa saja itu !!! Makanya kami kasih judul “Taukah Anda…???”. Dan menurut hasil penelusuran kami (cailah…) masih banyak anggota masyarakat yang minim pengetahuan akan hal tersebut. Bahkan kebanyakan mereka cuman tahu partai-partai yang sudah ada semenjak masa Orde Baru (Golkar dkk). Nah hal ini tentu saja menimbulkan satu pertanyaan besar…EFEKTIFKAH PEMILU CALEG TAHUN INI…??? Kalo dipikir secara logis…dari segi jumlah aja udah banyak (bayangkan saja jika satu partai mengajukan minimal 5 caleg, berarti ada kurang lebih 220 caleg di tiap daerahnya…!!! Siapa yang kagak bingung coba ???), belum lagi apakah caleg-caleg itu benar-benar berpotensi ??? Masyarakat jadi tambah bingung jadinya…!!!
Oh yah…ini Q kenalin kawand-kawandQ di WE :
1 Stivani Erdha Asmara : si kecil satu ini sekarang lagi nyalonin diri jadi WaKet HMJ IKOM...humm... anaknya suka mendesah...ha ha ha...di tim as naration writer
2. Ary Dwi Febrianto : si mono cupu panggilannya...leader of this team
...ide cerita, konsep n kamera semua dipegang ama dia...
3. Agung Tri Wahyono : setan di Utero advertising...bagian edit video...
4. Dian Kurniasari Renaningtyas a.k.a Me : paling imut n tembem...ha ha ha...!!! work as naration writer and yang bagian bikin makalah video ini...!!! (sekaligus divisi penggembira)
5. Rudi Hendra Putra : paling "sofa" diantara kita berenam...asistennya mono n agung...
6. Dyah Ayu Mashitaningrum : "miaw" panggilannya...naration writer...
Kenapa kita pake nama WE (Wong enem : Orang enam (bahasa Jawa) karena kita yah cuman berenam...!!! Tapi justru di sana serunya...he he he...
Ahh…lega rasanya…!!! Semua terbayar sudah hari ini…mulai dari panas-panasan ampe begadang (baru tidur jam 2 malem…so sleepy now). Yah hari ini itu saja deh dulu…pengen cepet balik ke kost n bobok !!! ^.^.v.

antara iklan, dokumenter, video klip dan fiksi

Hari ini kuliah AV lagi…sungguh sangat menyenangkan !!! Tapi sayang, Pak Novinnya lagi buru-buru jadi kuliah juga cuman sebentar !!! Yah tak apa lah…yang penting materi masuk !!! Tadi Pak Novin memutar empat buah video…yang pertama itu video klip, trus iklan, dokumenter, and ada film pendek…judulnya “Harap Tenang Ada Ujian” (bagus filmnya…lucu !!! a must see…minta ke Pak Novin ah besok !!!) Habis itu, pak Novin kasih kita tugas untuk cari apa itu film fiksi, non-fiksi, dokumenter, video klip n iklan…!!! Hum…karena Qbelum punya buku refrensi…akhirnya nge-net lah Q sekarang !!! Dan berikut ini hasil penelusuranQ (dan sepengertianQ juga !!! Busway…berikut ini adalah penjelasan versiQ sendiri !!! Jadi kalo sodara-sodara pada bingung ya muuph…) :
1. Iklan : adalah suatu media pemasaran dimana memiliki tingkat agresifitas yang tinggi (karena sebenarnya tanpa sadar dimana-mana kita itu diserang ama iklan…entah itu di jalan, di rumah, tv, radio, majalah, bahkan pas kita lagi di warteg), dan antara audio dan visual saling mendukung. Tak jarang kan kita lihat iklan yang memakai artis yang sedang naik daun (ulet kali…) atopun pake jingle lagu yang nge-trend saat ini. Iklan memiliki dua tujuan, yaitu to inform (apa nama produknya, keunggulannya apa aja, gimana bentuknya, dsb) dan to remind
2. Film fiksi : adalah suatu film yang jalan ceritanya itu sudah ditentukan sejak awal (gimana endingnya nanti terserah bapak produser, setting yang ditampilkan itu kapan dan dimana, dll)
3. Film non-fiksi : adalah suatu film yang jalan ceritanya tetap diatur tapi tidak mengurangi kebenaran dalam film tersebut. Biasanya alur cerita berdasarkan fakta-fakta yang ada (from true story)
4. Video klip : adalah suatu potongan-potongan gambar yang dirangkai sedemikian rupa untuk menggambarkan atau membentuk suatu cerita dari sebuah lagu / audio
5. Dokumenter : Dokumenter sering sekali dianggap sebagai suatu rekaman atau dokumentasi dari suatu aktivitas tanpa adanya penambahan atau pengurangan, walaupun seringkali dalam kenyataannya ketika kita ingin membuat suatu film dokumenter kita tetap harus mengatur kembali materi-materi yang telah diangkat atau diperoleh, diolah kembali, dan diatur strukturnya. Terkadang bahkan dalam pengambilan gambar sebelumnya, berbagai pilihan harus diambil oleh para pembuat film dokumenter untuk menentukan sudut pandang, ukuran pengambilan gambar (type of shot), pencahayaan dan lain-lain agar dapat mencapai hasil akhir yang diinginkan
Begitulah hasil penelusuran saya dicampur dengan pengetahuanQ yang masih minimalis…!!! Jadi…ada yang mau share…???

Catatan hari ini : Pak Novin kasih kita tugas bikin film dokumenter PEMILU CALEG 2009…!!! Oh My God…help us !!! Q kelompokkan ama sapa yah ???

ga selamanya gothic itu gelap...

orang beranggapan bahwa gothic itu selalu gelap...seram...dan sebagainya !!! but believe me that's not true...!!! Gothic itu jug ada yang indah...anggun malah !!! kalo ga percaya...kalian liat aja video klip milik within temptation...salah satu band dengan aliran gothic...!!! udah lagunya bagus...mereka juga anggun !!! ini videonya :

Artikel tentang video komunitas

Roem Topatimasang adalah sang tokoh penting dibalik lahirnya video komunitas. Kisah perjalanannya selama 20 tahun begitu bervariasi dalam menekuni perannya sebagai fasilitator program Pendidikan Kerakyatan (Popular Education) di berbagai Organisasi Non Pemerintah di Indonesia (LSP, P3M, SKEPHI, INFIGHT), dan perorganisasian rakyat di Jawa, Maluku dan Sarawak (Malaysia). Kisah pertamanya ketika terjun kedunia video komunitas adalah untuk proses advokasi kasus Illegal Logging di YAMDENA, Maluku, pada tahun 1986. Pada saat itu, peralatan pendukung pembuatan film masih sulit sekali didapat, namun demikian Roem berhasil merekam testimoni dari para korban dan menggunakannya sebagai alat kampanye yang akhirnya berhasil. Keberhasilannya itu membuat Roem tersadar bahwa gambar yang bergerak (video) memiliki pengaruh yang sangat besar. Sejak saat itu beliau mulai menekuni bidang ini.

Beberapa tips diberikan oleh Roem untuk para first comer dalam pembuatan film adalah penentuan tujuan dan bentuk film yang akan dibuat. Berikut adalah beberapa jenis film yang bisa dijadikan acuan dasar:

Film yang dikerjakan oleh masyarakat, dengan ide mereka sendiri
Pendidikan masyarakat (Educational)
Karakteristik dari film seperti ini adalah durasi film cenderung akan lebih panjang karena menceritakan tentang diri mereka sendiri dan lingkungannya. Oleh karena itu, footage yang diambil kebanyakan akan dipakai semua pada film karena proses pengambilan gambar dan proses edittingnya melibatkan masyarakat itu sendiri.

Dampak yang dirasakan adalah masyarakat bisa belajar lebih banyak dari apa yang mereka lihat dikehidupan mereka sehari-hari. Kegiatan yang dirasa sebelumnya cukup ‘biasa’ atau ‘standar’ mendadak bisa menjadi suatu bahan diskusi yang menarik. Diskusi ini biasanya berkembang di permasalahan sosial, budaya, sejarah dan sebagainya.

Jenis film ini dibagi lagi menjadi film mengenai Pengajaran Masyarakat (Instruction) yang bermaksud untuk mengajarkan atau menjelaskan tentang sesuatu, misalnya cara membuat kompos. Selanjutnya adalah film untuk memahami sesuatu disekitar, seperti mengenai kehidupan nelayan dari bangun pagi sampai tidur lagi.

Film kampanye
Film jenis ini disarankan untuk dibuat oleh orang dari luar wilayah itu sendiri, atau setidaknya didampingi oleh orang luar untuk menjaga subjektifitas dan tidak terjebak dalam romantisme atau melebih-lebihkan yang sesungguhnya terjadi.

Untuk pembuatan film, apa yang sebenarnya diperlukan dalam masyarakat:
1. Studio
Diperlukan untuk mendukung bagian program dan berfungsi untuk memilah footage yang akan dijadikan produk utama dan mana yang akan menjadi by products (produk sampingan) .
2. Penanggung jawab
Bertugas untuk merawat kamera dan mengatur proses peminjaman kamera. Penanggung jawab ini boleh berasal dari kampung itu sendiri dan tidak perlu diberi gaji.
3. Proses ‘penyegaran’
Untuk menambah wawasan, maka secara berkala perlu diperlihatkan film-film baru dan bacaan-bacaan baru.

Perlu juga diperhatikan masalah regenerasi untuk proses pembelajaran video ini. Oleh karena itu, program magang dan training untuk generasi baru merupakan kegiatan yang wajib untuk diikutsertakan dalam penyusunan program


Me : artikel ini diambil di www.videokomunitas.com !!! Jika kalian merasa tertarik ama video komunitas, bisa deh kalian cari referensi di sana...!!! So...ada yang tertarik ???

12 Juni 2009

Rating...ya Allah sumpah pusing !!!

Hari ini pertama kalinya Q pusing di kelas AV...kenapa ??? Karena pak Novin bahas tentang rating !!! dan hanya satu kata buat itu...NJELIMET !!!
Tapi yang bisa Q tangkep sejauh ini adalah sebagai berikut :
a. Rating : adalah besarnya persentase keluarga yang punya tv yang menonton acara tertentu dari seluruh pemilik tv di daerah tertentu
rumusnya :
Rating : (juml. rumah yang nangkep acara tertentu : juml. seluruh rumah yang punya TV) x 100%
b. Share : adalah besarnya prosentase dari keluarga yang menonton acara dibandingkan dengan seluruh keluarga yang turned on their television.
Rumus :
(juml. rumah yg nangkep acara tertentu : juml. rumah yang hidupin TV saat itu juga) x 100%
beda share dan rating :
kalo rating itu datanya lebih KASAR soalnya ga peduli pas itu idupin TV ato gak yang jelas semua sample diitung
kalo share itu datanya lebih HALUS soalnya perhitunga ke sample lebih spesifik yaitu yang nyalain TV pas itu juga...
c. HUT (Home Using Television) : prosentasi rumah yang menggunakan TV
Rumus :
(juml. rumah yang idupin TV : juml. rumah yang punya TV) x 100%
d. PUT (People Using Television) : prosentasi siapa yang paling sering nonton TV di suatu rumah (waahh...kalo rumahQ jadi sample pasti Q ma PapaQ akan bersaing ketat...he he he)
Rumus :
(juml. angkel (anggota keluarga) yang idupin n nonton TV : juml. seluruh angkel) x 100%
humm...kayaknya cuman itu deh yang ku ingat...
lainnya uda keburu ga masuk soalnya kepalaQ uda panas...he he he

hari ini...

kelas kedua AV...
humm...menarik...
data dan fakta menyatakan bahwa orang2 uda pada jadiin tv itu sebagai "dunia kedua"...
kenapa ??? karena tiap ada waktu senggang...bahkan kadang ga senggang pun...orang-orang nonton TV (bagi ibu2 yang suka masak lebih tepatnya "dengerin TV" soalnya ga mungkin nonton...ntar jarinya keiris ato ikannya gosong lagi !!! tapi perlu dicatat that is bad habbit mam...!!! save energy for better future !!!)
Menurut pak Novin (yang mengutip dari Ashadi Siregar) bahwa kebudayaan telah berubah dari budaya tulis jadi budaya lisan terus berubah lagi jadi budaya audio visual. Jadi dengan kata lain...komunikasi lebih efektif lewat media audio visual (video / film)
Penelitian menyebutkan (ini kata pak Novin loh) bahwa ketika dua kelompok anak2 ditaruh di ruangan beda...
satu dikasih tayangan anak-anak...
satunya dikasih tayangan smack down...
dan hasilnya ketika setelah beberapa jam mereka dibiarkan menonton dan dikasih mainan dengan jenis sama...
Yang nonton tayangan anak2 memperlakukan mainan itu selayaknya anak-anak bermain...
Yang nonton smack down langsung membanting, memukuli dan tindakan2 anarkis lain pada mainan tersebut...
Weehh...berarti audio visual itu punya kekuatan yang hebat !!! (power rangers kalah !!!)
Audio visual itu punya dua kekuatan :
a ) audio power
1. attention (slap in ear) : yang kagak ngerti buka kamus :p
maksudnya adalah seseorang akan teratrik perhatiannya ketika mendengarkan musik atau suara yang menarik, nyaring ataupun keras
2. memorability : kita tahu kan ketika ada satu lagu atau suara yang menurut kita itu indah ataupun menarik...pasti kita akan lebih lama mengingatnya...
3. audio imagery : percaya atu ga...ketika kita mendengarkan sebuah lagu kita akan mencoba membayangkan ato berimajinasi tentang lagu itu...bener ga???
4. emotions : lagu itu bisa membangun dengan sempurna emosi kita. Misal diluar lagi ujan...kita sendirian terus dengerin lagu-lagu yang mellow...pasti bawaannya kita jadi melankolis
b ) visual power
hampir sama seperti audio power tapi bedanya dengan visual kita ga usah susah2 berimajinasi...gitu aja
nah kalo audio n visual digabung...maka akan lebih berhasil dalam menggugah emosi, menanamkan suatu pesan dan lebih interest about something...
(weeehhh...daftar jadi asistenx pak Novin aaahhh...ho ho ho !!!)


Saran hari ini : kalo ada yang pengen nembak seseorang ato pengen ucapin maaf...coba deh pake video message...!!!

09 Juni 2009

hwah...hari ini menyenangkan...

kuliah AV baru dimulai hari ini...uda gak sabar nunggu perkuliahan selanjutnya...!!! Kesan pertama...DOSENQ GAUL EUY...!!! Pertama sih...kita cuman bahas literatur apa aja yang bisa dipake...humm...!!! Dan Q tertarik banget ama buku tebel2 (entah apa judulnya) yang jelas tuh buku ga bisa dibeli cuman bisa difoto copy...sayang sekale...!!! Yah yang jelas...I wanna buy some books for my literature...karena Q pengen masuk AV dan kerja di Trans TV...ha !!!

hai all...

hula...ini blog isinya tentang komunikasi AV semua...
jadi...selamat menikmati all...!!!